Di Bawah Bayang-Bayang Majapahit: Menelusuri Jejak Kerajaan yang Terlupakan di Trowulan
Ketika nama Majapahit disebut, kita membayangkan sebuah imperium besar yang menguasai Nusantara. Namun, di balik narasi megah itu, ada kisah yang lebih dalam dan tersembunyi. Kisah ini bersembunyi di bawah tanah Trowulan, sebuah kecamatan di Mojokerto, Jawa Timur. Trowulan diyakini sebagai ibu kota Majapahit. Di sinilah para arkeolog dan sejarawan berupaya menyingkap tabir masa lalu. Mereka perlahan menemukan sisa-sisa peradaban yang terlupakan.
Trowulan: Kota Kuno yang Hidup di Bawah Tanah
Selama berabad-abad, Trowulan hanyalah lahan pertanian. Namun, sejak awal abad ke-19, penemuan tak terduga mulai bermunculan. Fragmen keramik Tiongkok, kepingan terakota, hingga fondasi bangunan ditemukan. Semua ini mengindikasikan bahwa di bawah tanah terbaring sebuah kota kuno yang jauh lebih besar. Trowulan bukan sekadar pusat kekuasaan. Ini adalah kota metropolitan kuno yang dihuni beragam etnis. Sistem tata ruangnya teratur dan aktivitas perdagangannya ramai. Penemuan-penemuan ini mengubah pemahaman kita tentang peran Majapahit sebagai pusat budaya, ekonomi, dan politik.
Penemuan Arkeologis yang Mengubah Pandangan
Pekerjaan arkeolog di Trowulan ibarat menyusun puzzle raksasa. Salah satu penemuan signifikan adalah **Candi Brahu**. Candi ini dipercaya sebagai tempat kremasi raja-raja Majapahit. Meskipun tidak utuh, strukturnya memberikan petunjuk tentang arsitektur dan ritual keagamaan. Selain itu, ada temuan sumur kuno, sistem saluran air, dan kolam besar. Contohnya **Kolam Segaran**. Penemuan ini membuktikan Majapahit punya teknologi pengelolaan air yang maju. Kolam Segaran diyakini sebagai tempat jamuan kenegaraan. Atau sebagai waduk raksasa untuk memenuhi kebutuhan air kota.
Selain struktur bangunan, penemuan artefak kecil juga berharga. Misalnya, cetakan uang koin, alat rumah tangga, dan perhiasan ditemukan. Ini menunjukkan kehidupan sehari-hari masyarakat Majapahit. Dari benda-benda ini, kita bisa membayangkan aktivitas pasar, kerajinan tangan, hingga status sosial penduduk. Hal ini membongkar mitos bahwa Majapahit hanya tentang perang dan kekuasaan. Ternyata, masyarakatnya juga terorganisir dengan baik.
Tantangan dan Masa Depan Trowulan
Meskipun banyak penemuan terungkap, tantangan besar masih menghadang. Trowulan adalah kawasan luas. Sebagian besar areanya masih milik masyarakat. Ini menimbulkan dilema antara pelestarian situs dan kebutuhan ekonomi penduduk. Kondisi geografis dan cuaca juga mengancam kelestarian artefak. Pemerintah dan para ahli bekerja sama mengembangkan kawasan ini. Tujuannya sebagai pusat studi arkeologi dan pariwisata edukatif. Dengan begitu, warisan Majapahit dapat dinikmati dan dipelajari. Ini dilakukan tanpa mengorbankan kesejahteraan penduduk lokal.
Trowulan adalah bukti bahwa sejarah tidak hanya ada di buku. Ia terkubur di bawah kaki kita, menunggu untuk ditemukan. Setiap kali tanah di Trowulan digali, sepotong masa lalu Majapahit terkuak. Situs ini tidak hanya menawarkan pemandangan sisa-sisa kejayaan. Ia juga mengajarkan kita tentang kerumitan, ketahanan, dan kejeniusan sebuah peradaban. Peradaban ini pernah berdiri kokoh di Nusantara. Mengunjungi Trowulan seperti melakukan perjalanan waktu, menelusuri jejak yang terlupakan di bawah bayang-bayang imperium yang megah.